LAMPU MERAH buat KAUM ADAM

AKU BUKAN PEMBANTU

Aku ini bukan pembantu,
mas! Jangan kau suruh-
suruh aku terus, aku capek
kerja 24 jam sehari 7 hari
seminggu. Bantu aku
sedikit aja gitu lho mas!”
Ujar sang istri yang
kelabakan mengurus anak
dan dapur dalam satu
waktu.

“Aku juga capek, hari libur
gini aku cuma pengen
istirahat. Nggak usah lah
ganggu aku dulu!” Acuh
sang suami yang ingin
menikmati masa liburnya.

“Istirahat kok maenan Hp,
Fesbukan. Istirahat tuh
tidur!” Kata sang istri nggak
mau kalah.

“Ini juga istirahat dan..bla…
bla..bla…”

STOP! Anggap saja itu suatu
contoh ketika kamu
nantinya berumah tangga
atau buat para ibu yang
sedang galau dengan
segala permasalahannya.

Maaf, aku nggak ingin
menyudutkan salah satu
pihak atau suatu pekerjaan
tertentu, kita hanya ingin
menjadikan tulisan ini
sebagai pembelajaran
berarti.
Dari percakapan suami istri
di atas, kita mungkin bisa
sedikit menangkap apa-apa
saja yang nantinya akan
kita baca dari artikel ini.

Salah satunya tentang rasa
menghormati dan saling
memahami.
Awalnya aku merasa
banyak para istri
khususnya yang curhat di
facebook (lagi-lagi) bahwa
dia sangat lelah dengan
pekerjaan rumahnya,
merasa bahwa dirinya
layaknya seorang
pembantu yang nggak di
gaji, karena nafkah itu
bagian dari kewajiban
bukan? Dan karena suami
banyak yang cuek dengan
pekerjaan rumah tangga,
para suami mengganggap
bahwa itu pekerjaan
wanita bukan pekerjaan
macho seorang suami.
Benarkah demikian?

Hmm, seandainya semua
istri tahu kalau dirinya
sangat mulia dihadapan
Allah Subhanahu Wa Ta’ala,
mereka tak akan berpikiran
bahwa dirinya hanyalah
seseorang yang dibutuhkan
untuk membersihkan setiap
sudut rumah. Ya, aku
paham, mereka hanya
nggak tahu kalau apa yang
mereka lakukan adalah
IBADAH.

Subhanallah, semua
pekerjaan yang melelahkan
jiwa raga, terbayar dengan
ridho dari-Nya, asalkan apa
yang kita lakukan
sebagai seorang istri benar-
benar menganggap itu
adalah sebagai ketaatanmu
pada Allah Azza Wa Jalla.
Tidak mudah memang, tapi
tentu saja bisa. Yakinlah
bahwa apa yang kamu
lakukan bukanlah sebagai
pembantu rumah tangga,
tapi sebagai ibadahmu
untuk membesarkan
kelurgamu menjadi
generasi Robbani. Ini
adalah tugasmu sebagai
madrasah pertama dari buah
hatimu. Jadi bersabarlah
untuk jalanmu menuju
surga-Nya.

Jika kamu seorang suami…
Benarkah jika semua
urusan rumah tangga
hanya tugas istri, meski dia
terlihat kerepotan dengan
berbagai
perkerjaan yang dia
kerjakan bersamaan,
mengurus anak, memasak,
dan membereskan rumah.
Sedangkan suami ketika
berada di rumah dalam
keadaan sedang liburan
hanya betugas istirahat ,
atau maen Hp, Facebook,
maen games saja bahkan
tetap meminta apapun
untuk minta disediakan
sang istri?

Aisyah radhiyallahu ‘anha
pernah ditanya: “Apakah
yang dilakukan Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam
di dalam rumah?” Ia
radhiyallahu ‘anha
menjawab: “Beliau
shallallahu ‘alaihi wasallam
adalah seorang manusia
biasa. Beliau menambal
pakaian sendiri, memerah
susu dan melayani diri
beliau sendiri.” (HR. Ahmad
dan Tirmidzi)

Benar memang, tugas istri
adalah menuruti,
menyiapkan semua yang
dibutuhkan suami, tapi
ketika melihat sang istri
kerepotan, apakah kamu
sebagai seorang suami
masih tega melihat istri
seperti nggak ada
istirahatnya?
Sebagai seorang hamba
yang terpilih, Rasulullah
nggak segan untuk
membantu istri-istrinya,
bagaimana dengan dirimu
sebagai hamba biasa?

Contohlah Rasulullah dalam
hal ini, jangan hanya
mencontoh Rasulullah
dalam hal Poligami saja,
tapi ketika dihadapkan
dengan pekerjaan rumah
untuk membantu istri,
kamu enggan mencontoh
Rasulullah.

Jadikanlah rumah kita
sebagai cahaya, sebagai
tempat senyum
terkembang, sebagai
tempat kebahagiaan
tercipta, karena dari
sanalah cinta untuk
membangun tangga
menuju jannah-Nya
dimulai. Semoga kamu, aku,
kita senantiasa saling
memahami pasangan kita,
agar tercipta rumah penuh
Barokah. Aamiin

Ditulis Oleh : STMJ Tempo Doeloe // 19.13
Kategori:

0 komentar:

Posting Komentar